Jumat, 23 Januari 2015

Dispenser

Waktu itu usiaku baru 19 tahun dan sudah lulus STM dan mulai bekerja di sebuah pusat perawatan pesawat udara di Jakarta. Kebetulan hari pertama bekerja langsung dapat shift malam. Pada saat jam rehat sekitar jam 2 pagi perutpun mulai melantunkan irama keroncong. Sebagai seorang anak yang datang dari keluarga tidak berkecukupan, kelaparan tengah malam itu adalah hal yang biasa, tapi ketika harus tetap terjaga dan bekerja, maka menjadi sesuatu yang luar biasa.

Kebetulan ada teman sepenanggungan yang juga kelaparan dan dia rupanya lebih bersiap diri karena ditasnya sudah tersedia Indomie. Dan dengan sedikit rasa tidak malu, akupun mengajukan proposal untuk mendapatkan sokongan satu bungkus Indomie, yang Puji Allah akhirnya berakhir didalam genggaman tanganku dan aku pegang erat-erat.

Kamipun berjalan menyusuri lorong hangar untuk menemukan air seduhan dan menemukan sebuah gadget yang sangat asing buatku, sebuah kotak dengan botol air diatasnya dan memiliki dua keran berwarna merah dan biru. Temanku mengeluarkan 2 mangkok plastik dari tasnya dan sesaat aku berfikir kalau temanku itu Doraemon yang menyamar, dan mempersembahkan satu mangkok kepadaku. Sesaat kemudian dia berjongkok dan menuangkan air dari keran merah dan mengalirlah air panas dari dalamnya. Aku hanya bisa terkesima dan kagum, lalu ikut berjongkok dan menuangkan air dari keran biru kedalam mangkok Indomieku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar