Senin, 19 Januari 2015

Selpi

Hari ini membaca satu tulisan dari seorang ustadz muallaf yang menulis bahwa perbuatan Selfie (memotret diri sendiri dan disebarkan di media sosial) dapat menjadi penyakit hati, mulai dari Ujub, Riya dan Takabur. Beberapa orang mengomentari secara sederhana dengan mengucapkan kalimat-kalimat atau kata-kata berbahasa Arab, dan yang paling banyak adalah mengucapkan Aamiin.

Tentu saja tulisan itu disampaikan secara umum dan tidak ditujukan kepada individual tertentu, tetapi sebagai salah seorang pengidap penyakit narcisism akut, aku tersentil. Seperti halnya seorang banci, dia akan membela diri bahwa dia tidak minta dilahirkan sebagai banci. Aku juga tidak minta dilahirkan narsis, hal ini mengalir dengan sendirinya dan kalaupun ada yang dirugikan, hanya merugikan diri sendiri, dan yang aku tahu didalam Islam, merugikan diri sendiri itu adalah perbuatan keji.

Dalam perkembangan kehidupan dari sejak kecil, remaja, dewasa sampai sekarang, aku mengalami pasang surut keimanan dan mungkin sekarang ini apabila merunut kedalam pola pangsa pasar asuransi pesawat udara, saat ini aku dalam kondisi softening, atau berada dalam kurva bawah, keimananku sedang merosot dan sedang diuji, dan kalau besok ada ujian akhir, nilaiku pasti D.

Kangen juga kumpul-kumpul di majelis taklim seperti dulu, pake songkok dan berbaju koko, walaupun pada setengah sesi terakhir biasanya dihiasi dengkur. Kangen juga menangis sembari berpelukan dengan sesama ikhwan. Entah kapan lagi aku bisa merasakan lagi hal seperti itu. Alasanku sederhana, sibuk.

Yang ada dalam pikiranku saat ini adalah bagaimana bisa menyelesaikan tugas dan tanggung jawabku di tempat kerja, agar pekerjaanku langgeng, dan tetap mendapatkan penghasilan dari kantor untuk membiayai keluargaku, sembari terus berkreasi dan mencoba memasarkan hasil karyaku untuk sekedar menambah isi rekening dari penghasilan tambahan sebagai fotografer amatir.

Eh, kenapa jadi melantur dan keluar dari konteks Selfie ya?

Oh iya, buatku Selfie tidak ada salahnya selama tidak berlebihan dan tidak berniat untuk menuai pujian yang berlebihan pula, bagiku Selfie hanyalah sebuah cara berkomunikasi, seperti halnya orang berkomunikasi dengan cara berbicara lewat telpon atau video call, dan aku hanya memotret diri sendiri sembari menyapa teman-teman "Hai man teman, inilah aku sekarang". Kalau ada yang bilang ganteng, awet muda, cakep, rapi... itu mah efek samping saja.

Satu hal lagi, buatku Agama itu adalah sesuatu yang sakral dan suci, tapi tidak membuatku menjadi orang yang merasa paling suci, karena aku memang tidak suci. Ketika seorang yang merasa amalan agamanya sudah mencapai puncak dan merasa paling suci sampai harus menggugat orang lain yang dipandang tidak suci sehingga harus disucikan, buatku orang itu sudah menodai kesucian agama itu sendiri, karena tidak ada pemaksaan didalam agama, terutama dalam agama Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar